Sejarah Persib Bandung
sangatlah panjang. Bagaimana tidak, dari awal terbentuknya hingga saat
ini Persib Bandung sudah mencapai usia 80 tahun. Anda para pecinta
Persib Bandung tentu tidak akan keberatan jika dalam artikel kali ini Tim Jadwal Persib kembali mengulang informasi seputar
Sejarah Persib Bandung, bukan? Untuk itu, berikut kami sampaikan pembahasan lengkap seputar Sejarah Persib Bandung.
Awal Berdirinya Persib Bandung
Sejarah Persib Bandung bermula pada tahun 1923 yang ditandai
dengan berdirinya sebuah organisasi perjuangan kaum nasionalis di Kota
Bandung. Organisasi itu bernama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB).
Organisasi ini diketuai oleh Syamsudin yang kemudian diteruskan oleh
seorang putra pejuang wanita asal Kota
Bandung yang bernama Dewi Sartika. Putra Dewi Sartika tersebut bernama R. Atot.
Entah karena faktor apa, BIVB kemudian menghilang begitu saja. Akan
tetapi, pada waktu itu juga berdiri dua perkumpulan lain. Perkumpulan
tersebut bernama Persatuan Sepak Bola Indonesia bandung (PSIB) dan
National Voetball Bond (NVB). Akhirnya pada tanggal 14 Maret 1933 kedua
organisasi tersebut menyepakati untuk meleburkan diri dan berganti nama
menjadi PERSIB dengan ketua umumnya bernama Anwar St. Pamoentjak.
Dengan nama baru Persib ini, warga Kota Bandung begitu antusias untuk
membesarkan perkumpulan sepak bola asal Kota Kembang ini. Dengan begitu
banyaknya klub-klub yang bergabung ke dalam Persib. Seperti klub SIAP,
Soenda, Singgalang, Diana, Matahari, RAN, OVU, JOP, MALTA dan masih
banyak lagi yang lainnya.
Persib Bandung Era Perserikatan
Dalam
Sejarah Persib, untuk pertama kalinya klub ini
mengikuti Liga Perserikatan di tahun tersebut. Tahun 1933 menjadi tahun
istimewa dalam sejarah Persib Bandung, karena di samping sebagai tahun
lahirnya Persib, tahun itu juga menjadi tahun yang berkesan bagi Persib
dengan menjadi runner up di Liga Perserikatan yang pertama kali
diikutinya. Pada tahun berikutnya yaitu tahun 1934 dan tahun 1936 Persib
pun memperoleh gelar runner up. Dan pada tahun 1939 yang bertempat di
Solo akhirnya Persib menjadi juara untuk pertama kalinya di Liga
Perserikatan.
Kemudian setelah Indonesia memperoleh kemerdekaan, pada tahun 1950
PSSI sebagai induk persepakbolaan Indonesia mengadakan kongres PSSI yang
bertempat di Semarang, Jawa Tengah. Hasil kongres tersebut masih tetap
menerapkan Kompetisi denagn label Perserikatan. Persib yang pada tahun
tersebut dihuni oleh pemain-pemain seperti Aang Witarsa, Andaratna,
Amung, Ganda, Freddy Timisela, Sundawa, Toha, Leepel, Smith, Jahja dan
Wagiman hanya mampu meraih posisi kedua setelah kalah bersaing dengan
Persebaya Surabaya.
Prestasi Persib terus meningkat, karena di tahun 1955 sampai dengan
1957 ada sebagian pemain persib, yaitu Aang Witarsa dan Ade Dana menjadi
wakil Persib untuk Tim Nasional untuk berlaga di kejuaraan olahraga
dunia yaitu Olimpiade. Pesta olahraga terbesar dunia tersebut
berlangsung di Melbourne, Australia pada tahun 1956. Dalam ajang
Olimpiade tersebut Tim Nasional Indonesia berhasil menahan imbang Uni
Sovyet yang memaksa mesti bertanding ulang, dan pada pertandingan ulang
tersebut Indonesia menelan kekalahan telak dengan skor 4-0.
Tahun demi tahun dilalui Persib, hal ini semakin membuat Persib makin
disegani oleh orang Sunda. Tahun 1961 Persib kembali menorehkan
prestasi yang membanggakan warga Bandung dengan menjadi juara
perserikatan untuk yang kedua kalinya setelah berhasil menaklukkan PSM
Ujungpandang. Pada saat itu pemain Persib dihuni oleh Juju (kiper),
Simon Hehanusa, Fatah Hidayat, Hermanus, Udin, Ishak, Iljas, Hadede,
Rukma, Sunarto, , Tjhaiang, Ade Dana, Hegki Timisela, Wowo Sunaryo, Omo
Suratmo, Nazar, Pietje Timisela, Thio Him, Suhendar dan lain-lain.
Dengan perolehan prestasinya itu akhirnya Persib ditunjuk PSSI untuk
mewakili PSSI di ajang kejuaraan sepak bola di Pakistan pada tahun 1962.
Dan yang menjadi bintang Persib dalam kejuaraan tersebut adalah Emen
Suwarman seorang guru pada waktu jaman itu.
Semakin kesini, prestasi Persib mengalami naik turun. Di ajang Liga
Perserikatan pun Persib gagal mempertahankan gelarnya. Yang pada
akhirnya sekitar tahun 70-an Persib mengalami masa sulit dan miskin akan
prestasi. Di era ini pula Persib untuk pertama kalinya tersingkir dari
persaingan di kompetisi Perserikatan. Persib harus terdegradasi ke
Divisi I kompetisi Perserikatan.
Akan tetapi di tahun 1984 Persib kembali bangkit dan tidak tinggal
diam. Di bawah kepemimpinan Marek lahirlah bintang-bintang Persib yang
kembali menerangi Kota Bandung. Bintang-bintang tersebut sebutlah
seperti Robby Darwis, Adeng Hudaya, Adjat Sudrajat, Suryamin, Dede
Iskandar, Iwan Sunarya, dll. Hasil polesan pelatih asal Ceko ini, Persib
kembali ke jalur juara, walaupun di pertandingan final Persib harus
mengakui keunggulan lawannya yaitu PSMS Medan.
Di tahun 80-an ini juga persib mengadakan pergantian ketua umum,
tepatnya pada tahun 1985. Posisi ketua umum semula Solihin GP digantikan
oleh ketua umum yang baru yang bernama Ateng Wahyudi. Dengan harapan
baru, yaitu kembali menuju ke tangga juara di bawah pimpinan Ateng
Wahyudi. Hingga pada akhirnya harapan yang dinantikan public sepak bola
Bandung akhirnya terwujud setelah Persib menjuarai kembali kompetisi
Perserikatan pada tahun 1986 di bawah asuhan pelatih Nandar Iskandar.
Persib meraih juara setelah di final menghempaskan Perseman Manokwari
dengan skor tipis 1-0 melalui gol tunggal yang dicetak Djadjang
Nurdjaman di Stadion Senayan, Jakarta.
Dalam
Sejarah Persib
di era tahun 90-an, pada kompetisi 1991-1992 persib gagal
mempertahankan gelar juaranya di era 80-an. Persib hanya berhasil masuk
ke babak semifinal setelah dikalahkan PSM dengan skor 2-1. Selang
setahun kemudia Persib kembali mengadakan pergantian ketua umum. Tahun
1993 Wahyu Hamijaya terpilih sebagau ketua umum menggantikan Ateng
Wahyudi. Pergantian ketua umum ini juga memberikan efek positif bagi
Persib.
Pada kompetisi Perserikatan 1993-1994 yang sekaligus menjadi
kompetisi penutupan perserikatan ini persib menutupnya dengan menjadi
kampiun atau juara kompetisi perserikatan terakhir. Persib berhasil
menumbangkan PSM dengan skor 2-0 lewat gol yang dicetak oleh Yudi
Guntara dan Sutiono. Persib pun berhak mengunci Piala Presiden untuk
selamanya, karena kompetisi yang berikutnya akan berubah nama menjadi
Liga Indonesia dengan pesertanya klub-klub yang berasal dari
Perserikatan dan Galatama.
Nah, demikianlah pembahasan seputar
Sejarah Persib
Bandung yang disampaikan Tim Jadwal Persib. Semoga artikel ini mampu
memberikan wawasan tambahan bagi para bobotoh dan viking, sehingga
semakin mencintai persepakbolaan Kota bandung, terlebih pada Persib
Bandung. Semoga Bermanfaat.